Seberapa Sering Kita Harus Backup Data?
Artikel

Seberapa Sering Kita Harus Backup Data?

Backup atau pencadangan merupakan salah satu langkah krusial yang sebaiknya diambil oleh seorang pemilik data. Kita tidak pernah bisa memprediksi dengan 100% tepat apa yang akan terjadi dalam beberapa waktu mendatang. Bisa saja, data yang kita miliki tahu-tahu lenyap tidak berbekas karena satu dan sekian alasan. Sebut saja serangan siber, faktor kelalaian manusia, atau hal-hal lainnya. Bayangkan jika tidak sempat melakukan pencadangan? Data yang kita miliki akan lenyap selamanya tanpa jejak.

Pencadangan data dapat dilakukan secara manual maupun otomatis. Sementara itu, untuk jenisnya sendiri ada yang full backup (penuh) dan incremental backup (lebih cepat dan lebih hemat bandwidth serta space).
Lalu, untuk lokasi penyimpanannya, Anda memiliki cukup banyak pilihan, seperti cloud, local (on-site), atau off-site. Alangkah lebih baik lagi jika cadangan data tersimpan di lebih banyak ruang berbeda, misalnya terpisah di cloud dan fisik.

Lantas, seberapa sering kita harus melakukan backup data? Jawaban atas pertanyaan ini pun bervariasi. Masing-masing individu atau organisasi/perusahaan memiliki frekuensi backup yang cukup beragam. Namun idealnya, bisa dilakukan setiap beberapa hari atau bahkan beberapa jam sekali.

Individu dan Organisasi Biasanya Punya Frekuensi Backup yang Berbeda

Bagi individu yang bekerja sendiri, melakukan backup data secara harian mungkin sudah cukup memadai. Dalam situasi ini, kerugian yang mungkin disebabkan oleh kegagalan sistem saat ia bekerja mungkin hanya terbatas pada satu hari saja, sehingga dampaknya tidak terlalu parah. Terlebih lagi, jika pekerjaan individu yang ia lakukan tidak melibatkan informasi sensitif atau kritis.

Di sisi lain, berbeda halnya di sektor bisnis yang setiap detiknya sangat berharga karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Perusahaan atau organisasi biasanya tidak ingin mengambil risiko dan memilih frekuensi backup data yang lebih tinggi/sering.

Perusahaan maupun organisasi, dengan skala pekerjaan yang lebih besar, biasanya tidak melakukan pencadangan dengan jeda yang terlalu lama. Misalnya saja mingguan, frekuensi ini bisa dibilang terlalu rendah karena dapat mengakibatkan skenario terburuk, yaitu kehilangan data pekerjaan selama satu pekan penuh. Dampaknya pun bisa sangat parah.

Mereka yang berkecimpung di bidang transaksi keuangan, data pelanggan, dan informasi sensitif lainnya, harus memastikan bahwa backup data dilakukan secara rutin dan terjadwal. Dengan demikian, risiko kehilangan informasi yang vital dapat diminimalkan. Hasilnya, perusahaan dapat melangsungkan sistem operasional yang efektif sekaligus melindungi kepercayaan para pelanggannya.

Terlebih lagi, di skala organisasi atau perusahaan, ada banyak data yang harus dilindungi, misalnya kontak dan data pelanggan, catatan penagihan, pembukuan, pesanan, kata sandi, dan masih banyak lagi.
Sebagian besar organisasi atau perusahaan ini pun biasanya menggunakan Recovery Point Objective (RPO) untuk menentukan frekuensi pencadangan mereka.

Memang tidak ada jawaban mutlak untuk pertanyaan, “Seberapa sering kita harus backup data?” Namun satu hal yang pasti adalah, pencadangan data itu sangat penting untuk dilakukan, apalagi jika teratur dan terjadwal secara rapi. Sebagai pertimbangan, mungkin beberapa tips ini bisa membantu.

Lakukan backup reguler paling lambat satu pekan sekali, namun jauh lebih baik jika per 24 jam sekali. Dengan pencadangan harian, Anda akan jauh dari risiko kehilangan data penting ketika terjadi masalah dalam semalam, misalnya.

Pencadangan harian atau daily backup, selain direkomendasikan, juga sangat mudah dilakukan. Namun akan jauh lebih mudah lagi jika Anda memanfaatkan solusi pencadangan data dari perusahaan IT.
Hubungi Hypernet sekarang untuk membantu Anda mengatur backup data secara maksimal.

icon